Menanam Mangrove Menanam Harapan di Pesisir Sungsang IV Banyuasin

Banyuasin II — Di tepian muara Sungai Musi, Hamparan hijau mangrove kini tumbuh subur di Desa Sungsang IV Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, Bukan sekadar deretan pohon bakau yang melawan abrasi, tetapi simbol dari harapan dan kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan perusahaan energi.

Kehadiran PT Medco E&P Indonesia ditengah masyarakat, melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) menjadikan penghijauan pesisir ini bagian dari tanggung jawab sosial di sektor hulu migas.

Sejak 2024, desa kecil di Kecamatan Banyuasin II ini menjadi bukti bahwa industri energi dan pelestarian lingkungan bisa berjalan beriringan, bahkan memberi efek berganda bagi ekonomi warga.

Foto: Abdullah, ketua LDPHD penggerak utama dilapangan berbincang Bersama Romi Adi Candra kepala desa Sungsang IV Tentang Program Penghijauan Mangrove( ist)

Sosok di Balik Hijau Mangrove, Di balik rindangnya mangrove, ada sosok sederhana namun penuh inspirasi: Abdullah (48). Ketua Lembaga Desa Pengelola Hutan Desa (LDPHD) Sungsang IV ini menjadi penggerak utama di lapangan.

Sebagai pedagang kebutuhan nelayan dan es balok, Abdullah tidak pernah menyangka dirinya akan menjadi pemimpin gerakan lingkungan. Pendidikan dasarnya tak menghalanginya untuk belajar tentang ekosistem mangrove.

“Saya hanya ingin laut kami tetap hidup dan anak-anak bisa mencari ikan seperti dulu,” ujarnya bersemangat.

Melalui kemitraan dengan Medco E&P dan rekomendasi Dinas Kehutanan Provinsi, Abdullah bersama LDPHD dipercaya melaksanakan program penghijauan yang kini menjadi kebanggaan warga Sungsang IV.

Dari Hulu Migas Menuju Hijau Pesisir
Program ini diawali dengan kerja sama resmi antara Medco E&P dan LDPHD. Warga terlibat penuh, mulai dari pembibitan, penanaman, hingga pemeliharaan mangrove.

Foto: Pembibitan 3 jenis Mangrove Avicennia ( Api-api), Rhizophora Apiculate(Jangkang Kecil), Rhizophora Mucroneta( jangkang besar) yang ditanam disungsang IV( doc. Humas Medco)

Tiga jenis mangrove ditanam di lahan pesisir: Avicennia (api-api), Rhizophora apiculata (jangkang kecil), dan Rhizophora mucronata (jangkang besar). Dalam dua tahun, sekitar 31.000 bibit tumbuh di area 3,5 hektare, dengan target jangka panjang mencapai 13 hektare.

Tantangannya tak ringan dalam mewujudkan harapannya. arus pasang surut, serangan hama, dan tumpukan sampah laut sering kali merusak tanaman muda. Namun semangat warga tak surut.
“Kami belajar dari gagal tumbuh, mengganti bibit, dan terus menjaga,” kata Abdullah.

Perjuangan nya tak sia-sia, Kini hasilnya mulai tampak. Garis pantai yang dulu tergerus, perlahan menguat. Biota laut seperti kepiting bakau dan ikan tirusan kembali muncul di sekitar akar mangrove.

Tak hanya itu, warga juga merasakan manfaat ekonomi. Bibit mangrove dibeli langsung dari kelompok masyarakat, dan produk olahan turunan seperti sirup pedada, dodol pedada, sabun alami, hingga spray anti nyamuk menjadi sumber pendapatan baru.

Foto: Sabun cuci tangan salah satu produk turunan dari tanaman Magrove(doc.LDPHD sungsang IV).

“Awalnya kami menanam untuk lingkungan, tapi ternyata bisa juga untuk penghasilan,” tutur Kartikwati, salah satu ibu rumah tangga yang kini tergabung dalam kelompok pengolahan hasil mangrove.

Dukungan dari Pemerintah dan Perusahaan terus mengalir untuk mewujudkan harapannya. Bagi Abdullah dan masyarakatnya, mangrove bukan lagi sekadar tanaman, tapi simbol perubahan, dari eksploitasi menuju konservasi dan dari ketergantungan menuju kemandirian.

Kepala Desa Sungsang IV, Romi Adi Candra, menilai bahwa program ini bukan hanya menyelamatkan pesisir, tetapi juga mengubah cara pandang warga terhadap alam.

Tanaman mangrove di Sungsang IV sangat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat. Karena mulai dari penyemaian, pembibitan dan penanaman mangrove itu d lakukan oleh masyarakat langsung
Dan tanaman mangrove yang sudah di tanam bermanfaat untuk para nelayan dalam pencarian hasil laut.

Romi merasa bangga karena semangat dan ide kreatif dan inovatif yang digagas oleh warganya.

“kini masyarakat sadar bahwa menjaga laut sama artinya menjaga sumber hidup mereka,” ujarnya.

Sementara dukungan nyata dari perusahaan juga sangat terasa, totalitas perusahaan perminyakan raksasa ini melakukan upaya maksimal dalam mendukung perjuangan warga.

Foto: upaya promosi pihak skk migas- Kkks mengajak Media Field Trip ke Sungsang IV .(ist)

Sebagai upaya peningkatan promosi wilayah Sungsang, Pihak mangement SKK Migas menjadikan wilayah sungsang IV sebagai lokasi fiel trip media pada bulan oktober 2025 lalu.

Seperti dituturkan oleh Hirmawan Eko Prabowo, Manager Field Community & CID Medco E&P, menjelaskan bahwa Medco E&P Indonesia bersama Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Sungsang IV melaksanakan program konservasi lingkungan melalui penanaman ribuan pohon mangrove di pesisir Desa Sungsang IV, kecamatan Banyuasin II  Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan sejak 2024. “Kegiatan ini menjadi bagian dari komitmen perusahaan untuk merehabilitasi lingkungan, mitigasi perubahan iklim, serta memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar melalui ekowisata dan pengembangan produk turunan mangrove.

Dengan program pengembangan masyarakat di bidang lingkungan yang dilakukan di luar kewajiban PPKH, telah dilakukan penanaman sebanyak 33,000 pohon Mangrove oleh Medco E&P Indonesia sejak tahun 2024.

Mangrove memiliki kemampuan besar dalam menyerap karbon dan menahan abrasi. “Lebih dari itu, keberadaannya memberi nilai tambah ekonomi bagi warga sekitar,” katanya.

Program penghijauan hulu migas di Sungsang IV Banyuasin, telah menjelma menjadi kisah keberhasilan kolaborasi. Di bawah bayang-bayang industri energi, tumbuh harapan baru dari akar-akar mangrove yang menjalar kuat di tanah berlumpur pesisir.

Penulis : Ahmad Rayhan